Hey kamu. Apa kabar? Ingatkah denganku? Dengan kita?
Kita, duo pemimpi yang menghabiskan perjalanan jalan kaki kemanapun dengan obrolan angan tentang masa depan. Memimpikan jika suatu hari kita duduk di restaurant itu mengenakan jas kantoran masing-masing. Mengatakan sagalanya seperti sesuatu yang mudah sambil menatap hiruk pikuk kehidupan melalui kaca usang bus kota. Kita. Mengabiskan kekosongan dengan candaan dan bibir yang tak pernah berhenti menutur. Barangkali momen itu biasa saja. Yah, setidaknya tidak untuk saat ini.
Milyaran detik itu telah terlewat begtitu saja, berjuta momen itu telah beradu dengan waktu menyisakan roda-roda harapan yang telah berkarat. Malas untuk berputar barang sesenti.
Hei. Maafkan aku jika aku tak punya topangan lain selain kamu. Dikala bahu-bahu itu terlalu keras dan menghisap ragaku. Aku lelah. Lelah dengan semua topeng yang beradu dengan peluh. Aku ingin bahu kokoh itu, bahu motivasi darimu. Senyum yang tak pernah memiliki arti ganda. Walau terkadang tidak jarang aku menggores titik terpekamu dengan kata-kata yang menghujam karena emosi. Dibalik itu, kau tidak pernah berusaha menghindar dariku.
Kini jutaan momentum itu hanya terpampang indah dibingkai kamarku. Mengizinkan debu bertempat tinggal barang sesaat.
Apa kabarmu di gedung itu. Gedung yang dulunya berencana kita tinggali bersama, dan harus pupus termakan realita. Aku benci jarak, karena jarak memisahkan pandangan kita dan memaksa menghentikan perbincangan kita yang belum usai. Wahai pemilik waktu, jangan membuatku membencimu karena dia melupakanku. Sudah cukup jarak dan tempat yang memisahkan aku dan kamu. Aku ingin menjadi tempatmu berkeluh kesah. Setidaknya kembali berfungsi seperti dulu.
Apa kabarmu di gedung itu. Gedung yang dulunya berencana kita tinggali bersama, dan harus pupus termakan realita. Aku benci jarak, karena jarak memisahkan pandangan kita dan memaksa menghentikan perbincangan kita yang belum usai. Wahai pemilik waktu, jangan membuatku membencimu karena dia melupakanku. Sudah cukup jarak dan tempat yang memisahkan aku dan kamu. Aku ingin menjadi tempatmu berkeluh kesah. Setidaknya kembali berfungsi seperti dulu.
Ketika kamu bertemu matahari yang sangat menyilaukan, jangan ragu untuk terus menatap langit. Barangkali aku akan menjadi pelangi yang akan kau lihat setelah hujan reda.
Jangan pernah bosan menjadi topanganku, karena aku tak punya bahu lain yang lebih kokoh. Engkau, makhluk ajaib yang dikirimkan Allah untuk membimbingku mengerti arti persahabatan. Sepersekian detikpun tak pernah terbesit pikiran untuk meninggalkanmu wahai sahabatku. :’)
Kangen pakai banget, ditengah-tengah MID semester, dan diantara senyum yang dipaksakan untuk mengembang, kabari aku jika aku bisa meminjam bahumu.
LISA.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Posting Komentar
Drop your coment here! :)