Harus Lebih Hati-hati

Teriakan agar melesat lebih kencang bergema dalam kepala. Suara itu, suara yang begitu familiar di telinga menjelma menjadi suara tanpa bibir ketika kelopak terbuka. Tak ada siapa-siapa. Aku terperangkap dimana? Labirin didepanku gelap, penuh kerikil, bercabang nampak tak berujung.

Suara itu terdengar lagi. Tapi yang ini berbeda. Suara itu menghujat, menyalahkan, seperti memaksa agar tumbang ditempat. Seperti teriakan yang pertama. Satu kali, tak terdapat perubahan nada suara. Dua kali, suara itu lebih dari satu. Tiga kali, bising memenuhi kepala. Membuat otak tidak betah berada di tempatnya. Hei, masih waraskah aku? Ataukah sekitarku yang mulai tidak waras?

Aku terus melesat, berlari sekuat tenaga. Percaya saja langkah yang kuambil benar, meski tak tahu mana jalan yang pasti. Tak mengelak ketika dikatai; aku memang tak punya destinasi.

Sebuah kerikil kecil menusuk kaki yang tak beralas. Tak sengaja, kemudian tersungkur di tengah belantara. Masih sendiri. Lalu suara itu menghilang, ketika aku mencoba berdiri meski menyisa luka sesak dalam dada.


Ada baiknya, ketika kepercayaan tidak diberi kepada sembarang orang. Ada baiknya, mencermati terlebih dahulu, mana yang tulus mendengar dan mana yang mendengar untuk mengadu pada pendengar lain.

Sedang mencari bahu,
Yogyakarta, 25 Oktober 2014.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 comments:

Posting Komentar

Drop your coment here! :)