Kasat Mata


Hujan selalu datang disaat yang tepat. Kali, dengan rintik sebagai pembuka, hujan menjamah tiap inchi tanah dengan alegronya. Seolah paham, salah satu makhluk bumi sedang merenungi nasib, eh alayne kumat.

Sebenernya, definisi dari berteman itu apa sih? Kok rasanya aku begitu dangkal mengartikannya.

Pagi ini, aku berangkat dengan semangat. Bayangan melihat tawa teman-teman dan bagaimana aku akan menghabiskan hari lumayan membangun moodku pagi ini. Karena dipakai untuk Latihan Ujian kelas XII, kelasku dipindah ke lab TIK bawah. Asyik, ruangan ber-AC! sistematika penataan ruangnya cukup simple untuk ukuran Lab TIK. Di ruangan 6 x 7 meter itu, terdapat dua dua buah kubu (kanan dan kiri) dengan lima deret meja dan empat buah kursi pada setiap mejanya.

Kebiasaan yang memang kusengaja, berangkat siang. Dan rupanya mood yang kubangun sejak jam lima subuh hancur berantakan pagi ini.

Meja paling depan masih terisisa satu kursi, tapi melihat tiga tas disebelahnya aku sudah mahfum, tempat ini pasti sudah dipesankan untuk seseorang.

Sebenarnya, disana sini aku masih melihat banyak bangku kosong, tapi aku sudah bisa menebak, pasti sengaja dikosongkan untuk seseorang. Dan tentu saja aku adalah perkecualian. Sudah bukan rahasia umum lagi di kelasku. Akhirnya, tanpa banyak bicara aku menuju bangku paling belakang.

Salah seorang teman laki-laki berkata,

“Lis kok duduk belakang sendiri? Mbok di depan itu lho masih ada yang kosong.”

Aku menyahut dengan enggan, “Umm.. nggak ah pasti sudah di-cim untuk seseorang.”

“Ya nggak bisa gitu, siapa cepat dia dapat.” Ia menimpali diikuti tatapan dan anggukan persetujuan dari teman laki-laki yang lain.

Malas berkomentar, aku mengujinya dengan sebuah bangku kosong paling pojok, “Mel, boleh aku duduk disitu?”

“Wah udah ditempati Mawar e.”

Dan begitulah, kemudian semua terdiam.

Dan it feels so LOL but its real, coba aja aku berangkat lebih pagi dan mengerjakan semua tugas pada hari itu. Pasti semua langsung mengerubungi, nggak mau kalah dalam mendapat jawaban. Begitukah? Begitu dangkalkah pengertian teman menurut kalian atau bahkan malah menurutku? Mungkin ada baiknya aku bersikap seolah acuh dengan sekitar, biar nggak ada yang menatapku kasihan dan datang hanya sekedar menghibur. Nggak perlu kok, setidaknya aku tahu sekarang yang mana temanku sebenarnya. Yang tidak hanya mampir pada musim tertentu.

Eh tapi aku juga harus sadar diri sih, aku yang super cerwet, jahil, sukanya ninggal-ninggal mana ada yang betah lama-lama deket sama aku. ‘Udah lah, memang biasanya kamu selalu sendiri kan, Chik? Bahumu kan udah cukup kokoh untuk menopangmu seorang diri.’ Begitu?

Tapi jujur sejujur-jujurnya aku rindu mendengar ucapan semacam “Selamat Pagi, Lisa!”, “Gimana udah ngerjain mtk belum?”, “Lis hari ini duduk sama aku aja ya”, “Laper nggak? Ke kantin, yuk!”, “Ke masjid, yuk!” dari beberapa sahabat yang kelasnya sudah agak berjauhan.

Rasanya, ada atau enggaknya aku juga sama saja di kelas. Kasat mata. Bukan begitu?

Duh, mellow banget ya, semoga cepat berdamai dengan keadaan. Kalau kata Pak Mario Teguh sih gitu.

Kalau butuh bantuan, kapan saja, teman:)
Eh kalau memang begitu, ding!

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

1 comments:

  1. nggak banyak yang bisa ngelihat "arti temen" yang sebenernya lis. mungkin kamu bener, kadang orang di sekitar kita dateng cuma untuk memanfaatkan aja. tapi itulah kehidupan. kita cuma harus sabar ngadepinnya :) tetep jadi lisa yang semangat ya :D

    BalasHapus

Drop your coment here! :)