Namanya Oshi. Kalau dalam bahasa Jepang artinya keberanian, tetapi aku memilih nama Oshi bukan karena padanan yang itu. Sematan Oshi yang kuberikan untuk laptop tercintaku bermuasal dari brand-nya yakni T*shiba. Ehehe. Selain itu, sebelum aku akiqah-an dan memberinya nama resmi, temanku lebih dahulu memanggilnya Oshi, membuatku makin mantep untuk ngasih celukan tersebut. Salah dua alsannya, yaitu dulu aku sempat mengidolakan grup idol Indonesia yang berafiliasi dengan idol lainnya di Jepang. Kalian semua pasti tahu, ya kan? Nah kalau nggak salah, sebutan untuk idola mereka adalah Oshi. Absurd dan lucu sekali, to? Hehehe. Kalian kalau ketemu aku dan dia-aku selalu bawa dia kemana-mana sih-harus menyapanya, ya!

Dari berbagai alasan absurd bin nggak nyambung mengapa aku menamai laptopku Oshi,  terselip doa-doa bagi benda tak bernyawa ini. Aku sangat menyayangi Oshi. Semoga Oshi bisa jadi anak yang baik (lho?), tetap tangguh meski si empunya tidak tahu waktu dalam menggunakan layanannya. Oshi, terima kasih telah membantuku menyelesaikan segala macam pekerjaan. Terima kasih sudah mau berbagi ruang untuk kusimpan cerita dan memoriku di dalamnya. 

Oshi, seandainya kamu bisa bicara dan punya tangan untuk memelukku, aku tahu kamu pasti akan melakukannya. Terima kasih ya. Aku menghujanimu dengan beribu-ribu ucapan terima kasih sekarang dan sampai momen itu terjadi (aduh Cikal, jangan halu). 

Oshi, harapan agar kamu tetap tangguh itu tidak main-main, lho. Aku beneran. Kalau kamu tangguh, aku janji deh, akan....Akan apa ya? Setelah dipikir-pikir merawat kamu itu keharusanQ. Ah, pokok e kamu harus tahan banting (plis, bukan mana sebenarnya)! Karena kalau kamu tidak sekuat itu, bagaimana aku yang ringkih ini bisa membagi beban?

Aku sayang kamu, Oshi.

[Dalam project #menulistiaphari]