Guyuran
air dari langit membatalkan janji embun dan teratai, menahan induk elang
menyuapi bayinya yang lapar, dan menyebabkan seluruh badan ini kuyup gemetar.
Aku suka menunggui hujan, ia datang dengan irama yang sulit dipastikan. Isyarat
petir dan halilintar membuat pekik tertahan, langit yang nampak tersenyum cerah
mengeluarkan rintik perlahan; memainkan melodi kesepian.
Aku menengadah
menatap atap biru, menunggui jikalau ada satu tetesan yang mendahului kelabu,
memejamkan mata sambil menikmati setiap rintik yang mulai jatuh. Dan benar
saja, sejurus kemudian langit mengganti kanvasnya dengan warna abu-abu diiringi
tempo cepat dari guyuran air mendentum permukaan tanah.
Rasanya,
aku dan hujan telah menyatu dalam melodi rintihan yang tertahan. Hujan
menenggelamkan deras butiran yang timbul dipelupuk mata. Membuat bibir ini
melepas senyum getir pada awan. Menceritakan segala dera yang tak mampu
dirapalkan perasaan. Menghantam segala perih yang kadang susah mati dipendam.
Ranting-ranting
diseberang sana menertawakan si pengecut ini. Bisanya cuma mengandalkan jeritan
ditelan hujan. Seperti tak mampu mengadu pada mentari yang selalu menawarakan
benderang. Padahal hujan tidak selalu datang; tidak seperti gundah yang tak
berkesudahan.
Pinjam
payungnya, jika kelak aku mampu menghalau hujan karena aku bisa mengadapi
rintih ini sendiri. Meski senyum getir susah payah kusunggingkan.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Posting Komentar
Drop your coment here! :)