Selamat
malam seseorang yang kuharapkan kehadirannya namun tak kunjung kuketahui lokasi
keberadaannya; apa kabar? Aku hanya ingin menyampaikan salam rindu yang
kutitipkan pada angin. Mungkin rasanya kurang tepat disebut rindu, karena aku
sudah lupa kapan terakhir bertemu.
Sehat-sehatkah
disana? Aku harap begitu. Karena aku hampir tak tahu bagaimana rasanya bersedih
atasmu. Sudah kelewat lama rasa itu tak pernah datang menghampiri.
Eh,
tapi tunggu dulu, saat disini aku repot-repot memikirkan segala sesuatu yang
berhubungan denganmu, apakah berlaku sebaliknya? Apakah kau juga memikirkanku?
Merindukanku? Bahkan mengingatku mungkin? Terlintaskah barang sekali dua kali?
Sudah
banyak yang berubah disini, kini aku sudah bisa berdiri dengan
keputusan-keputusan yang kubuat sendiri. Seperti aku yang tidak pernah meminta
nasehatmu, bukan?
Waktu
kian berotasi. Ketukan detiknya mengungkap tabir yang tersimpan begitu rapi. Dan
dalam rangkaiannya, menjelaskan takdir yang seharusnya terjadi. Sekarang aku
paham, tidak selayaknya kau meninggalkanku dalam sepi.
Ada
sebuah panggilan yang tidak pernah sekalipun kuucapkan di rumah, panggilan yang
lazimnya kututurkan ketika aku akan berpamitan menuju sekolah, panggilan yang
kusematkan pada sosok yang kucari ketika aku membutuhkan nasehat-nasehat,
bimbingan, dan kasih sayang. Ya, sosok itu seharusnya milikmu, ayah. Dimana
ayah sekarang? Rinduku seolah hanya sepihak saja, belasan tahun kau mengabaikan
separuh darah yang mengaliri di nadiku. Jutaan hari kau lewati tanpa sekalipun
menjenggukku. Ingatkah padaku, yah?
Hey,
bagi kalian yang masih memiliki ayah, bersyukurlah. Kamu tidak tahu rasanya
cemburu ketika beliau menunggumu di gerbang untuk menjemput dan memastikanmu
baik-baik saja di sekolah. Bekerja keras siang malam untuk memastikan masa
depanmu sudah terjamin ditangannya. Hormati beliau, karena hanya untukmulah
seluruh kasih sayang, tenaga dan perhatiannya dicurahkan.
Dan
untuk seseorang yang sampai hari ini masih tak mau menemuiku, sedang aku tak
menemukan alasannya, aku tidak pernah membencimu, yah, meski rasanya ingin
sekali. Sampai kapan aku hanya memandangimu dalam figura yang mulai dimakan
ngengat? Ayolah, aku ingin kita berkumpul lagi di atap yang sama, please...
Jemput aku, yah, di relung hati
yang tak kunjung kau singgahi.
Yogyakarta,
6 Juni 2014
Untuk
ayah
Dari
putri semata wayangnya Ibu,
Erliza
Cikal Arthalina
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Posting Komentar
Drop your coment here! :)