
Ada yang berbeda semenjak Ibu
pulang.
Jika biasanya aku tidur dengan lampu dimatikan, kini aku mendapati kamarku terang benderang saat tengah malam terbangun.
Jika sebelum tidur terkadang aku tersedu sambil memeluk rindu, kini bahkan aku tak sempat untuk sekedar merasa pilu.
Dan lagi, ada bekas plester atau sekedar minyak kayu putih yang tercium usai aku membuka mata. Cukup meredakan perih yang nyaris kebas karena tidak dipedulikan.
Jika biasanya aku tidur dengan lampu dimatikan, kini aku mendapati kamarku terang benderang saat tengah malam terbangun.
Jika sebelum tidur terkadang aku tersedu sambil memeluk rindu, kini bahkan aku tak sempat untuk sekedar merasa pilu.
Dan lagi, ada bekas plester atau sekedar minyak kayu putih yang tercium usai aku membuka mata. Cukup meredakan perih yang nyaris kebas karena tidak dipedulikan.
Ibu tidak suka gelap. Tidak
menyarankan aku tidur dalam gelap. Akan sulit mencariku bila kondisi sedang
genting, katanya. Ibu selalu tidur disampingku sampai aku tertidur. Ia menciumi
kening dan rambutku sekalipun aku tidak mandi karena malam terlalu larut –itupun karena
mendadak beliau jadi dokter ahli yang menyebut-nyebut penyebab penyakit Rheumatic.
Ibu merawatku lukaku dengan baik.
Plester dan minyak kayu putih itu menjadi saksi mengapa ibu enggan mematikan lampu kamar; membantu pengelihatan Ibu mencari sumber sakit yang bisa dijangkau. Ternyata, setelah lima tahun berlalu, ia kembali untuk menjadi
Ibuku lagi.
Aku tahu, Ibu tidak pernah
berusaha meninggalkanku, meski aku tidak bisa membaca apakah Ibu tahu selama ini
aku nyaris kehilangan sosoknya, yang kasih sayang
serta belaian lembutnya sebelum tidur selalu kunantikan.
Di awal kepala dua ini, bodohnya
aku baru menyadari kalau tidak melulu tangan terbuka yang mesti digenggam
erat-erat. Terkadang kita hanya perlu membawa sesuatu yang tak nampak, namun
nilainya melampaui seluruh material di dunia. Ia adalah cinta, yang meskipun tak
nampak namun bisa dibawa kemana berada. Dan disertai cinta; apalagi yang lebih
mencukupkan daripada itu?
Bu, kelak ibu akan tahu. Tidak
perlu memplester lenganku yang berdarah atau memberiku minyak kayu putih agar
aku tetap hangat. Ibu hanya perlu jadi Ibuku saja. Dengan begitu, perih maupun
dingin yang mendera, akan musnah didekap peluk Ibu.
Aku sayang Ibu.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Posting Komentar
Drop your coment here! :)