Biasanya, kalau seseorang menganggapmu berharga, maka ia akan berusaha menganggapmu ada. Sekecil apapun usahanya itu, dia takkan membuatmu merasa tidak berguna, apalagi tidak berarti. Entah pada hal apa itu, entah pada hal yang mana. Ia akan dengan senang hati membagi hal-hal yang membuatnya bahagia (minimal). Lantas, kalau sudah merasa nyaman dan dekat, seburuk apapun kondisinya ia pasti bercerita, karena kamu adalah orang dianggapnya penting.

Yah, opiniku ini hanya bisa diterapkan pada hal-hal yang terjadi dibalik kata ‘biasanya’. Entah kalau segala situasinya diluar kebiasaan, lantas aku yang paling merasa tidak terbiasa. Entah ini anomali, atau memang kondisi ini sudah terhipotesis dari awal.

Teruntuk seseorang, yang akhir-akhir ini mendadak jadi acuh, aku tidak begitu mempermasalahkan pesanku yang hanya berakhir centang dua. Mungkin sedikit menduga-duga atas lelucon cheezy—mu yang lenyap entah kemana. Semoga kamu memang sedang tenggelam dalam proyek-proyek yang luar biasa itu. Semoga lancar sampai akhir! Aku tahu kamu tidak hanya pekerja keras, tetapi punya tekad sekeras baja, jadi aku tidak akan khawatir jika tetiba ada masalah di tengah jalan. Kamu pasti bisa menyelesaikannya seorang diri. 

Barangkali, segala sesuatu yang nampak diluar kebiasaan ini memang selayaknya kondisi normal. Selayaknya ketika kita belum saling mengenal dan dekat. Mungkin saja, seluruh upayamu untuk tidak menghubungiku duluan ketika tak mendesak, bukannya menganggapku tidak cukup punya arti (meskipun bisa jadi, sih hehe) tapi agar kamu lebih fokus mengejar cita-citamu.

Lebih baik begini bukan? Kita fokus pada tujuan masing-masing. Aku mengalun bersama hal-hal baru yang sedang kupelajari, dan kamu yang melaju bersama mimpi-mimpimu. Daripada suatu hari, aku menemukanmu sedang menikmati kopi racikanmu bersama gadismu. Hehehe. Mungkin tidak, tapi bisa saja terjadi, kan?

Maaf, waktu itu aku sengaja tidak menatapmu, meski aku tahu kamu disana.

Mencoba tidak bucin, dengan berpikir rasyonel.

Selamat mengudara, ya!