Simbah Kakung telah Berpulang
---
Kau membuat ku merasa hebat
karena ketulusan cintamu
kau beri padaku sepenuhnya
buatku selalu merasa berarti
Hebat - Tangga
Sabtu sore itu, ruangan rumah sakit yang cukup
dihuni tiga pasien dipenuhi sesak oleh tangis duka. Simbah kakung telah
berpulang. Sekuat tenaga ku menahan diri, memeluk dan berbisik pada ibu dan
nenek agar meneguhkan hati. Meski sebelum semua orang menyadari infus yang tak
lagi menetes, aku sudah terisak-isak disamping tempat tidur.
Pahlawanku telah gugur. Kini, tak ada lagi
langkah tak stabil mengetuk pintu kamar kala fajar menyambut. Siaran televisi
terasa hambar. Teh tanpa gula di teko hijau favoritnya terasa makin pahit.
Bahkan ikan-ikan dalam akuarium ikut-ikutan mogok makan.
Aku tidak bisa menduga seberapa rasa kehilangan
yang tumbuh bersama kepulangan mbah kakung. Beliau adalah satu-satunya orang
yang kupercaya untuk kubagi khayalan serta harapan untuk melanjutkan hidup.
Usai beliau pergi, pada siapa lagi kusampaikan semuanya kala tak ada satupun
yang bisa kupercaya?
---
Mbah kakung bukanlah ayahku. Ayahku pergi entah
kemana sejak aku masih balita. Ibuku menitipkanku pada kedua orang tuanya,
sementara ia menggantikan peran ayah sebagai kepala keluarga. Mbah kakung tidak
pernah keberatan. Dicurahkannya seluruh kasih sayang padaku tanpa sisa. Tak
pernah sekalipun beliau menyebut-nyebut perihal aku yang merepotkan.
Diberikannya segala yang bisa ia berikan.
Ketika itu aku masih kanak-kanak. Aku tidak
pernah memikirkan mengapa perlakuan orang-orang disekitar berbeda terhadapku.
Ada yang menatap iba, tak jarang ada yang bersimpati berlebihan dengan
memelukku tiba-tiba. Kebanyakan dari mereka adalah ibu dari teman-temanku.
Namun, mbah kakung membuatku tidak merasa terganggu dengan adanya hal-hal
ganjil itu. Diperlakukannya aku seistimewa seorang anak perempuan yang sedang
bertumbuh.
Mbah kakung mentraktirku sepuasnya setiap hari
Sabtu sepulang sekolah. Usai menjemputku dengan sepeda onthelnya yang
legendaris, ia mengajakku ke minimarket dekat SD, aku dibiarkan memilih
cemilan-cemilan yang kusuka. Katanya, ia berterima kasih karena aku sudah
belajar dengan baik. Aku memeluknya, berjanji jadi anak penurut dengan tidak
naik sepeda sambil hujan-hujanan lagi.
Dibalik sosoknya yang penuh kasih
sayang dan lembut, kadangkala ia segarang singa ketika ada yang
mengusikku. Suatu hari, aku pulang ke rumah sambil menangis. Aku dijahili
temanku saat mengaji hanya karena bajuku sore itu aneh menurut mereka; baju
muslim berenda dengan tali membentuk pita, baju yang dijahit sendiri oleh
nenekku. Esok paginya, simbah kakungku mendatangi teman laki-lakiku di depan
gerbang sekolah. Setengah membentak, ia tanyakan perihal keisengannya
menjahiliku. Bukannya menimpali dengan jawaban, temanku yang sok jagoan itu
menangis ketakutan. Mbah kakung pamit dari mengatarku. Lusa, di hari Sabtu berikutnya, aku
diminta menyampaikan undangan spesial
traktiran-gratis-bebas-ambil-apa-saja di minimarket untuk teman laki-lakiku itu
(yang setelahnya tidak berani menjahiliku lagi).
Pernah suatu ketika, saat aku deman berhari-hari
dan tidak mau makan, Mbah kakung adalah orang yang paling khawatir di rumah. Ia
panggilkan ojek, becak, apa saja untuk membawaku ke rumah sakit. Lantas setelah
pulang dan diberi obat, simbah tidur disamping tempat tidurku sambil berdoa.
Padahal saat itu seragamku sudah putih abu-abu, tetapi baginya aku tetap gadis
kecil dengan baju berenda dengan tali pita di belakangnya, gadis kecilnya.
---
Aku bersyukur bisa mengenal simbahku selama 21
tahun ini. Terima kasih simbah kakung sudah membuatku jadi merasa berharga dan
dicintai saat aku sanksi apakah sebenarnya kedua orang tuaku juga melakukan hal
yang sama. Matur nuwun simbah atas cinta yang takkan pernah bisa kubalas
kecuali hanya dengan doa si pendosa. Saya sayang sekali sama simbah.
Aku tidak tahu sampai kapan rasa kehilangan ini
akan mereda. Atau biarkan saja tetap seperti ini, agar aku bisa mengenang
betapa bersyukurnya disayang sambil dialiri energi dan harapan-harapan yang tak
penah padam. Seberat apapun kelihatannya, aku harus tetap melanjutkan hidup.
Semoga setiap asa dan pilihan yang kujalani engkau restui, meski aku belum jadi
apa-apa seperti yang diharap-harap.
Al-Fatihah untuk simbah, semoga kelak kita
dikumpulkan di taman-Nya yang abadi nggih, Mbah.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Posting Komentar
Drop your coment here! :)