Tak Sengaja Mengamati di Kedai Susu

Malam itu luar biasa dingin. Aku baru saja menuntaskan perjalanan satu jam dari pesisir Jembatan Api-Api. Setelah beristirahat sejenak di rumah, aku dan temanku memutuskan untuk membeli segelas susu dengan topping jahe, madu, dan (tentu saja) tanpa telur. 

Kedai itu sebenarnya cukup luas. Namun, tampak sedikit kecil karena bersanding dengan area futsal di belakangnya. Saat aku dan temanku berhenti mengobrol dan membiarkan uap panas dari susu di gelas kami pergi, pandanganku tak sengaja menumbuk seorang mas mbak di meja depan.

Tidak. Mulanya aku tidak sepenasaran itu sampai memikirkan apa yang mereka perbincangakan, Perempuan bertudung mirip-mirip denganku itu bercerita panjang lebar, dan entah ini cuma penilaianku atau memang begitu adanya, laki-laki yang menjadi lawan bicaranya mendengarkan dengan lekat-lekat. Tak sedetik pun padangannya teralihkan. Entah tersihir, entah memang sedang menyimak.

Waktu berselang, aku menyeruput gelasku pelan-pelan. Satu dua obrolan. Dan pandanganku kembali lagi ke meja seberang. Hebat! Laki-laki itu masih mendengarkan perempuan di depannya dengan takzim. Sesekali menyeduh minuman di depannya tanpa beranjak sedikitpun.

Wow!

Setelah mengamati beberapa saat, aku tahu jenis pandangan itu. Tidak. Aku tidak tahu perasaan apa yang melatarbelakangi tatapan itu karena letaknya jauh di dalam hati. Aku tidak mungkin merogohnya. Satu hal yang kutahu, laki-laku itu tidak memandang perempuan di depannya dengan tatapan yang ehm (seperti kebanyakan lainnya) penuh nafsu ataupun bosan dan ingin segera beranjak. Melainkan dengan penuh perhatian, seolah perempuan di depannya tak pernah membosankan.

Hei. Siapa yang tidak ingin ditatap dengan sebegitunya? Apalagi sudah menjadi tabiat kalau perempuan itu suka bercerita (bahkan ngomel-ngomel) dimana laki-laki cenderung hemat bicara dan tak suka hal-hal ribet yang biasanya dibicarakan perempuan.

Ah, iya. Tabiat is tabiat. Tapi kalau sudah punya komitmen untuk membangun hubungan, maka banyak hal bisa dikompromikan bukan? 

Malam itu dingin. Segelas susu sudah berkurang, tapi tetap saja dingin.

Semoga kapan-kapan aku bisa ditatap juga sebegitunya kalau sedang bercerita.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 comments:

Posting Komentar

Drop your coment here! :)