Hei.
Apakah ini fiksi? Atau partikelku sudah berkelana ke media lain? Lantas galaksi
mana yang sedang kujelajahi? Bisa-bisanya aku melihat kamu di sudut klaster. Nyala bintang-bintang itu begitu menyilaukan, tapi mengapa selalu saja kamu yang paling terang bagiku?
Bukannya
kamu kemarin masih di Bimasakti? Katamu sih menungguku disana, tapi kok ketika
aku teropong dari Manggelan kamu tak tampak? Jangan-jangan kamu sedang di
Andomeda bersamanya? Hah. Cemburu? Tidak kok, aku hanya heran, kau suka
menghilang tanpa kejelasan.
Pak
Claudius Ptolomeus mengungkapkan bahwa bumi adalah pusat tata surya. Benarkah?
Bumi yang kupijaki sekarang? Sekecil ini? Buahahaha. Sangat menggelikan.
Benarkah semua benda langit yang ada diatas sana bergerak mengelilingi planet
hijau ini? Ataukah hanya kamu yang terlampau sering berotasi di otakku, mengorbit
sana-sini tanpa mau beranjak sedikitpun? Setidaknya meski teori ini terbantahkan, kamu tetap tidak berhenti berada dipikiranku. Gombal? Tidak kok, hanya
mencoba menulis roman. Picisan? Tidak juga.
Eh tapi
tunggu dulu, ada yang menarik dengan pendapat Kakek Aristoteles bahwa manusia
adalah pusat segalanya. Yang ini aku agak setuju. Tapi mungkin perlu revisi
sedikit. Manusia itu adalah kamu dan segalanya itu bagiku. Paham? Tidak. Tak
apalah. Aku hanya bergurau, masih ada Tuhan diatas segalanya.
Tadi
siang ketika kita menjelajah milky ways bersama, apakah kau lihat Flare Sang
Raja Cahaya? Ledakan besar yang terjadi di atmosfer matahari itu, lho! Untung
kita tidak melintas di dekat sana. Ledakan itu begitu dahsyat. Iya, seperti detak
jantung ini ketika sosokmu terpias dalam konstelasi versiku sendiri.
Kemudian,
dipenghujung perjalanan luar angkasaku, aku ingin titip salam sebelum ledakan supernova
terulang. Ketika suatu hari nanti aku sudah menjadi bintang yang tak lagi
bersinar, aku mohon jangan pernah rubah arah orbitmu. Karena hanya dari sini
aku memperhatikanmu. Megamatimu. Tersenyum padamu meski kau acuh. Diam seribu
bahasa ketika kau terbakar matahari. Dan aku harap, kita dapat berjumpa
kembali, mungkin di galaksi lain. Tengok dan ikuti gugus bintang di langit
tanpa batas, maka akan selalu ada jalan menemukanku.
Malam
ini, ada aurora di langit sana. Merona malu ketika fajar menyapa. Lihat? Meski aku
tahu banyak benda langit yang menarik perhatianmu, tapi aku harap suatu hari
nanti aku adalah aurora bagi senjamu. Tuhan, ciptaanmu begitu sempurna.
Ps :
Pelajaran kok ya dicampur yang kayak beginian to, ndhuk.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Posting Komentar
Drop your coment here! :)